Selasa, 29 Maret 2011

Untung ada Mbah Owi


Negeri Satwa sedang dilanda kebingungan. Hujan yang tak turun sejak bulan lalu dan diperparah dengan kerusakan hutan membuat negeri itu kekurangan air bersih. Hewan-hewan yang menjadi penduduk negeri itu pun menderita karenanya. Banyak hewan yang sakit perut karena terpaksa minum air yang kotor. Mereka pun tidak bisa mandi dengan bersih karena air yang tercemar. Sayangnya, pemerintah Negeri Satwa tidak bisa berbuat apa-apa akan hal ini.
Maka, pada hari ketujuh setelah bencana itu terjadi, penduduk Negeri Satwa berbondong-bondong berdemo di depan istana Raja Leo si singa hutan, menuntut agar bencana ini segera ditangani. Mereka membawa spanduk bertuliskan "KAMI BUTUH AIR BERSIH!", "SELAMATKAN PERSEDIAAN AIR BERSIH DI NEGERI SATWA" dan berbagai macam spanduk lainnya. Selain itu, mereka juga berteriak-teriak di depan istana Raja Leo. Jajang, si jangkrik yang kecil namun suaranya lantang, dan Wolfie, si serigala yang pandai melolong, pun berorasi menuntut air bersih. Wah, Raja Leo dan para penghuni istana lainnya sampai pusing.
"Bagaimana, ini, Raja?" Ratu Cha-cha, si macan betina yang cantik, kebingungan melihat kondisi di depan istana yang kacau dan berisik.
Raja Leo berpikir keras. "Aku juga bingung... Coba suruh Pasukan Penjaga Kuma -sekumpulan beruang- mengamankan mereka dulu, baru aku......."
Belum selesai Raja Leo menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Meri si merpati pengantar pesan, terburu-buru terbang menuju Raja Leo.
"Raja Leo, ada pesan dari Mbah Owi!" Meri menyerahkan surat yang baru saja diantarnya kepada Raja Leo.
"Di saat segenting ini?!" agak kesal, Raja Leo membuka pesan dari Mbah Owi, burung hantu tua yang tinggal di pucuk pohon besar di sebelah utara. Hobinya membuat berbagai macam percobaan di dalam laboratoriumnya.
Bunyi surat itu singkat, padat, namun jelas.
"Aku sudah menemukan solusi untuk masalah air bersih ini. Tertanda, Mbah Owi."
Raja Leo tersenyum membaca pesan itu. Mbah Owi memang dijauhi oleh penduduk istana karena ia pendiam dan misterius, sehingga banyak yang mengira ia berkutat dengan ilmu hitam, padahal sebenarnya ia sangat cerdas. Jalan keluar menuju permasalahan ini telah terbuka.
"Meri, tolong sampaikan pada Mbah Owi agar ia segera kemari," perintah Raja Leo.
"Baik, Raja," Meri pun mengepakkan sayapnya dan segera melesat keluar istana.
***
"Selamat datang, Mbah Owi. Aku telah menerima suratmu yang mengatakan bahwa kau telah menemukan solusi untuk masalah air bersih di negeri ini. Sekarang, coba jelaskan," kata Raja Leo sesampainya Mbah Owi di istana. Mbah Owi mengangguk pelan, lalu mengeluarkan beberapa barang dari ransel yang dibawanya. Dua buah tabung plastik besar seukuran botol air mineral ukuran besar, arang, ijuk, batu kerikil besar, batu kerikil kecil, dan pasir.
"Untuk apa barang-barang itu?" Ratu Cha-cha yang ikut menyaksikan, keheranan.
"Saya ingin membuat penyaring air bersih," kata Mbah Owi.
"Bagaimana caranya?" tanya Raja Leo.
"Begini," Mbah Owi melubangi alas salah satu tabung plastik dengan menggunakan ujung cakarnya. Kemudian ia memasukkan berturut-turut ke tabung tersebut batu kerikil besar, batu kerikil kecil, pasir, arang, dan ijuk sebagai alat penyaring. Di bawah alat penyaring itu kemudian diletakkan tabung yang masih kosong. Setelah itu, secepat kilat ia terbang ke arah wastafel membawa tabung itu, diikuti oleh Raja Leo, Ratu Chacha, dan Meri yang sedang menyaksikan. Ia menyalakan wastafel itu, dan keluarlah air yang berwarna kecoklatan dan sangat keruh. Segera ia menampung air keruh itu di tabung yang telah berisi alat penyaring, dan dalam sekejap air yang sudah bening pun mengalir dari lubang yang telah dibuat. Semuanya takjub.
"I-ini bukan sihir, kan?" Meri terpana. Mbah Owi menggeleng sambil tersenyum, kemudian menjelaskan dengan singkat dan padat seperti biasanya. "Batu, pasir, arang, dan ijuk berfungsi sebagai penyaring kotoran pada air sehingga keluarlah air yang bersih setelah melewati penyaringan yang berlapis-lapis."
"Wah, hebat sekali, Mbah!" Raja Leo menepuk bahu Mbah Owi dengan kagum, "sederhana namun sangat bermanfaat untuk menolong negeri ini..."
Maka pada hari itu juga, Mbah Owi diminta Raja Leo mempraktekkan pembuatan alat penyaring air sederhana itu di depan rakyat Negeri Satwa. Rakyat pun menjadi takjub akan kemampuan Mbah Owi. Sejak saat itu, Mbah Owi diangkat sebagai penasehat Negeri Satwa, dan ia disegani oleh penduduk negeri.

Moral: Jangan melihat seseorang dari penampilan luarnya.
Referensi:
Materi "Alat penyaring air sederhana" dari pelajaran Kimia kelas 2 SMA.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Saat hal -yang dianggap- sederhana memberi hasil yang luar biasa...

Salam kenal :)

Anonim mengatakan...

Lingkungan harus selalu dijaga, jangan kotori lingkungan. ^_^

Anonim mengatakan...

Owi memang keren :D