Jumat, 18 Maret 2011

Eka dan Ponselnya

Nana, si kucing jalanan, sedang berjalan-jalan di kompleks seperti biasanya untuk mencari makanan. Waktu sedang asyik-asyiknya mengais tong sampah, tiba-tiba Nana ditimpa sesuatu yang asing. BUK!
Sambil memegang kepalanya yang pusing, Nana berusaha mencari tahu apa benda yang menimpanya itu. Ternyata itu benda asing yang baru pertama kali dia lihat! Bentuknya kotak dan ada layarnya, ada tombol-tombolnya juga. Hmm, benda apa ya, itu?
Nana menengok ke arah jalan, berusaha mencari pemilik benda ini. Hmm... tidak ada yang mencari-cari sesuatu, sepertinya. Di seberang sana hanya ada seorang anak yang sedang berjalan dengan tas sekolahnya bernyanyi-nyanyi kecil dengan riangnya. Kira-kira siapa ya pemilik benda ini?
"Nana, sedang apa?" tanya Kiki, sahabat Nana, seekor kucing yang sangat cantik dengan bulunya yang putih dan halus. Menurut ceritanya, dulu dia sempat tinggal di rumah orang kaya, namun dia kabur karena dia takut dengan orang-orang yang ada di salon kucing ("Mereka menarik-narik buluku! Digunting-gunting pula! Sakit!" katanya dulu), dan akhirnya terdampar sampai ke kompleks ini. Ia menatap benda asing yang sedang Nana pegang.
"Anu, Kiki, ini benda apa yah?" tanya Nana bingung.
"Aku pernah lihat yang seperti ini di rumah majikanku dulu!" teriak Kiki senang, "Ini namanya ponsel, Na!"
"Ponsel? Apa itu?"
"Kata orang-orang di rumah majikanku dulu, ini namanya ponsel! Mereka biasanya suka menempelkan ini di telinga mereka. Kadang mereka juga menekan-nekan tombol di benda ini, mengirimkan pesan buat orang lain."
"Wah, kamu tahu banyak, ya!"
"Iya, dong!" Kiki terlihat bangga, "Aku kan pernah tinggal di rumah orang kaya! Eh, ngomong-ngomong, kamu dapat ponsel ini darimana?"
"Aku juga ga tahu... Tadi aku lagi cari makanan, eh ga taunya benda ini nimpa aku..."
"Lho? Jangan-jangan ini ponsel orang yang jatuh, Na!"
"Tapi tadi di sana ga ada siapa-siapa, Ki... Adanya cuma anak kecil..."
"Mungkin ini ponsel milik anak kecil itu!" Kiki terlihat panik, "Kamu tahu kemana dia pergi?"
"Tadi aku lihat ke arah sana..." Nana menunjukkan arah perginya anak kecil itu dengan kaki depannya.
"Ayo kita cari pemilik ponsel ini, Na!" Kiki kemudian mengapit ponsel itu dengan mulutnya dan bersama Nana memulai petualangan mereka.
***
Sementara itu... di rumah Eka, si anak kecil itu...
"Makanya, yang benar kalau jaga barang!" marah Ibu.
"Tapi, tapi aku gak tahu kalau ponselku hilang, Bu..." isak Eka.
"Ponsel itu mahal! Kamu malah membuang-buangnya!"
"Beneran, Bu, ponselku mungkin jatuh di jalan?"
"Gak ada alasan! Ibu hukum kamu, ga dikasih uang jajan satu minggu!"
"Ibu.... Ibu jangan jahat gitu, dong, Bu!" Eka menatap sedih Ibu yang kembali ke dapur. Lalu Eka kembali mengorek-ngorek tasnya, berharap ponselnya ada di sana.
Kemana perginya ponsel Eka, ya?
***
Kembali ke cerita Kiki dan Nana. Sedang apa, ya, mereka?
"Sepadaaaa...." teriak Nana dan Kiki bersamaan di depan kandang Ino si anjing. Tak lama kemudian, keluarlah seekor anjing besar yang menyeramkan, yang mereka panggil Ino. Walaupun anjing besar dan seram, Ino sangat ramah kepada Kiki dan Nana karena mereka pernah menolong Ino waktu Ino jatuh ke sungai dan kakinya terluka.
"Eh, Nana, Kiki! Tumben kemari! Ada apa?" Ino memasang senyumnya yang paling ramah (namun tetap saja terlihat menyeramkan bagi kucing-kucing lainnya).
"Kami mau minta tolong, nih! Ada anak kecil yang sepertinya ponselnya jatuh," Nana menunjuk ponsel yang sedang dibawa Kiki.
"Eh? Benda itu mirip sekali dengan punya majikanku!" Ino terkejut.
"Majikanmu?"
"Iya, tapi sayangnya di sini tak ada anak kecil..."
"Yah," Nana dan Kiki tertunduk kecewa.
"Tapi jangan kuatir, aku akan membantu kalian. Kiki, ayo serahkan ponselnya padaku."
Kiki menyerahkan ponsel itu pada Ino dan Ino mengendusnya.
"Sepertinya aku tahu bau ini. Ayo, ikuti aku!" Ino berjalan di depan, diikuti Kiki dan Nana.
***
Eka tertunduk sedih di depan meja belajarnya. Baru kali ini ia kehilangan barang. Eka merasa sangat bersalah kepada ibunya yang sudah susah payah membelikan ponsel. Eka teringat, ia merengek pada Ibu agar dibelikan ponsel baru seperti teman-teman yang lainnya. Teman-temannya selalu membuatnya iri, karena bisa menelepon, berkirim SMS, mendengarkan musik, bahkan bermain Internet dengan benda mungil nan bermanfaat itu. Namun, justru sekarang ia menghilangkan sendiri ponsel itu.
Eka baru mulai tertidur karena kelelahan menangis ketika tiba-tiba ia mendengar suara kucing dan anjing yang cukup keras di depan rumahnya.
"Meong... Meong..."
"Guk! Guk!"
"Meong!"
Semakin lama suara itu semakin berisik saja, hingga akhirnya ibu Eka keluar dari dapur dan meminta Eka untuk mengusir kucing dan anjing itu.
"Eka, usir kucing dan anjing itu! Berisik sekali mereka!"
"Eh, iya, Bu!" Eka berlari ke halaman rumah, hendak mengusir anjing dan kucing itu. Tiba-tiba matanya tertuju pada benda yang diapit di mulut kucing yang berbulu putih halus. Tak salah lagi, itu ponselnya!
"Itu ponselku!" teriak Eka senang. Kiki meletakkan ponsel yang diapitnya ke lantai, dan diambil oleh Eka.
"Kalian mengantarkan ponselku ke sini? Terima kasih, ya!" mata Eka berbinar bahagia. Ia mengelus bulu Kiki dan menepuk-nepuk kepala Ino dan Nana.
***
"Bu, aku menemukan ponselku kembali!"
"Oh, ya? Dimana?"
"Diantarkan oleh kucing dan anjing!"
"Hah?" tampang Ibu terlihat tidak percaya.
Dalam hati Eka berterima kasih kepada kucing dan anjing itu, sekaligus berjanji untuk lebih menjaga ponselnya di kemudian hari.

1 komentar:

Anjarisme mengatakan...

cerita menarik...
terima kasih partisipasinya..